Sudahkah Anda Mengokohkan Akarnya?

Hal itulah yg menjadi malam-malamku kemudian aku kabari beliau.
Beliau berkata: Bacalah itu setiap malam sebanyak tujuh kali.
Kemudian itupun aku kabarkan perkembangannya ke beliau.
Beliau berkata lagi: Bacalah itu setiap malam sebelas kali.
Maka aku pun mulai merasakan kelezatannya dalam hati.

Setelah setahun berlalu, pamanku berkata kepadaku: Jagalah yang sudah kuajarkan kepadamu dan teruskan hingga kamu meninggal. Itu bermanfaat bagimu.
Suatu hari beliau berkata lagi: 
Wahai Suhail, siapa yg Allah bersamanya, melihatnya dan menyaksikannya, apakah dia berani berbuat maksiat kepada Nya? Jauhilah maksiat!
Setelah itu, aku pun belajar di Kuttab dan mulai belajar Al Quran. Dan aku berhasil menghapalnya di usia 6 atau 7 tahun. Aku rajin puasa sepanjang tahun dan makanan harianku adalah roti gandum selama 12 tahun.

(Inilah kurikulum asli pendidikan Islam; Iman sebelum Quran. Lihatlah sang paman yang jadi teladan, mendidik bertahap dan memiliki target jelas.
Jika para orangtua atau keluarga mampu menanam iman hingga terasa nikmat di hati, seperti yang dilakukan Muhammad bin Siwar kepada keponakannya yang kelak jadi ahli ilmu zuhud ini, maka silakan dipacu hapalan Qurannya setelah itu. 
Tapi jika belum melakukan seperti itu, bagaimana ia menekan anak-anaknya untuk segera hapal Al Quran.


Apalah jadinya pohon besar tanpa akar kokoh? Saat badai fitnah tiba ia akan roboh seperti yang lain.
Jika Kuttab hari ini menerima anak-anak seperti Sahal ini, maka Kuttab siap menarget hapal Al Quran di usia dini.
Tapi, para orangtua…

Sudahkah Anda jadi teladan?
Mengertikah tahapan pendidikan Islam?
Tahukah target yg sedang dijalankannya?

Mari tahu diri…)

 

0 Comments

Leave your comment