Renjana Suci
Nunu Karlina
Pasir Madyan terhampar membentang
Mentari mengumbar terik dan cahaya
Melukis peluh lelah, jua cerita
Di sumur itu aku ingin menimba air secukupnya
Untuk gembalaanku yang tengah dahaga
Aku beserta saudariku menanti dari kejauhan
Seraya berharap para penggembala laki-laki itu cepat selesai,
Hingga kami bisa bergantian
Tapi mereka pergi setelah menutup sumur dengan batu yang sangat besar
Di antara denting resah
Sesosok pemuda yang tampak kuat
Hadir dari arah yang tak diduga
Seseorang yang bukan bagian dari mereka
Ia bertanya, “mengapa kalian di sini?”
“Kami membantu ayah kami yang renta untuk menggembala domba” jawabku
Tanpa berpanjang kalam
Ia angkat batu besar
Sendirian, tanpa bantuan
Penuh syukur kupanjatkan, ia membantu dengan segenap kepedulian
Domba-domba kami minum dengan puasnya
Sosok kuat itu berlalu, kami pun beranjak pergi
Detik demi detik berlalu, waktu berselang
Ternyata takdir-Nya kembali mempertemukan
Ayahku membutuhkan pekerja
Kau hadir lagi di saat yang tepat
Keperkasaanmu yang memikat
Terpatri dalam benak, masih jelas kuingat
Kataku, “terimalah ia bekerja disini, Ayah…”
Sambungku penuh keyakinan,
“Sebab ia kuat lagi amanah….”
Kenangan saat dahulu pertama bertemu
Masih membekas di relung hatiku
Seolah telah mengenal lama dirimu
Hingga entah mengapa mudah untukku percaya tanpa ragu
Ayahku mengutusku untuk memanggilmu
Beliau hendak membalas kebaikanmu
Kita bicara seperlunya, menuju rumahku
Aku memandumu, kau melangkah di belakangku
Lalu… sesaat setelah itu
kau maju, memintaku mundur untuk mengikutimu
Kita berganti posisi, dan kau pun berseru,
“Bila aku harus ke kanan, lemparkan kerikil ke kanan”
“Bila aku harus ke kiri, lemparkan kerikil ke kiri”
Tak ada lagi perbincangan
Kita berjalan dalam diam
Meski lisan tampak bungkam
Namun debar di dada tak lagi sama
Riuh bergemuruh detak semesta
Kita tiba di rumah…
Tanpa kusangka ayahku memintamu menjadi suamiku
Dengan kelembutan hati, kau pun menyetujui
Menjadi tempat berlabuhnya renjana suci
Padamu yang dipilih-Nya sebagai belahan jiwa, kuserahkan diri…
Allah mewujudkan asa
Mengikat dua insan dalam pernikahan
Kau dan aku yang menjadi kita
Dengan mahar karyamu satu dasawarsa
Mengetuk pintu-pintu keberkahan Allah azza wa jalla
Bersama kita mengarungi samudera cinta
Dengan bahtera keimanan dan baik sangka pada-Nya
Doa dan harapan yang mengangkasa
Agar tiba di pantai bahagia, jannah abadi-Nya
*Taddabur ayat-ayat cinta saat Majlis Cinta, “Begitulah Cara Allah Menghadirkan Cinta di Hati Nabi Musa dan Istrinya”, bersama Ustadz Budi Ashari, Lc di Madrasah Al Fatih
0 Comments